Berkunjung Ke Rote Dalam 1, 5 Jam

Saat mulai berencana untuk mengeksplore propinsi NTT, saya sebenarnya sedikit dilema akan ke bagianmana. Karena setelah browsing sana-sini mengenai akses masuk dan keluar serta jalur antar daerah tidak memungkinkan buat saya untuk mengunjungi semua daerah di NTT. Saya harus memilih dari 3 wilayah besar yang ada. Alor, Flores atau bagian selatan. Kupang, Rote dan Sumba. Semua tentu sangat menarik untuk dikunjungi dengan daya tarik khas masing-masing pula. Setelah menimbang-nimbang saya akhirnya memutuskan untuk ke Flores dan tentu saja berharap suatu saat nanti bisa melanjutkan menjelajaha ke Alor, Timor, Rote dan Sumba.

Saat Hari Minggu di Maumere, saya menyempatkan diri untuk beribadah di gereja GMIT Jemaat kalvari. Kebetulan saat itu awal bulan layanan budaya dan bahasa. Selama satu bulan, gereja mendesain liturgi pelayanan ibadah Hari Minggu sesuai dengan budaya paling banyak dari anggota jemaat mulai dari suku setempat hingga suku luar seperti Toraja dan Batak. Selama ibadah kita menggunakan dua bahasa. Termasuk saat menyanyi, baca firman . Khotba kebanyakan pakai Dahasa Indonesia tapi sesekali diselipkan bahasa daerah.

Minggu berikut saya sudah di Bajawa. Saya juga menyempatkan diri untuk ikut beribadah di satu-satunya gereja protestan yang saya lihat di Bajawa. GMIT Jemaat Ebenhaezer. Hari pertama tiba di Bajawa, gereja ini sudah menarik perhatian saya. Secara lokasinya tetanggaan dengan sebuah mesjid yang tepat berada di seberang jalan.

Sepertinya jemaatnya tidak terlalu banyak. Tampak dari jadwal ibadah yang hanya sekali dalam sehari. Biasaya jemaat yang besar akan membagi beberapa jam ibadah. Di gereja ini hanya sekali jam 8 pagi. Beruntungnya saya saat hari itu liturgi dibawakan dalam budaya Rote. Semua jemaat asal Rote tentu saja menggunakan baju adat mereka. Para majelis jemaat juga begitu. Lagu-lagu dinyanyikan dalam dua versi bahasa. Bahkan ada tarian tradisional yang di bawakan anak-anak asal Rote. Jadi berasa tidak sedang di Bajawa tapi sedang ada di Rote.

Sekilas tampak beberapa perbedan dari suku-suku yang ada di NTT. Bahasa sudah pasti beda, perawakan juga beda yang mungkin agak mirip tapi beda adalah kain timor. Kain yang ditenun. Meski sama-sama ditenun tapi jika dilihat lebih dalam ada perbedaan dari tiap daerah. Terutama dari pilihan warna dan motif. Semoga saja diwaktu-waktu yang akan datang saya bisa melihat Rote lebih dekat. Saatnya kebali ke penginapan dan bangun dan keluar dari lingkungan Rote. Meski sesaat, vibesnya sudah sangat memberi banyak pengalaman.

Diterbitkan oleh Amos Sumbung

Suka jalan-jalan terutama ke tempat baru. Snorkeling, Baca terutama novel dan buku travel. TInggal di Manokwari Papua . Saya suka kopi. sangking sukanya, saya membuka warung kopi :D

Tinggalkan komentar